Litte Sun

belong to the stars over ocean

  • Beranda
  • Laut
  • Langit
  • Pohon
  • Surat
im not good at drawing but it's cute, kan? hihi

“Manusia tidak memilih profesi, tetapi profesilah yang memilih manusia” Sebelum berakhir menjadi Perawat Sekolah, Ahn Eunyong memang sudah menyadari bahwa dirinya ‘spesial’ sejak kecil. Tidak hanya mampu melihat roh-roh orang mati, ia juga dapat melihat arwah dan hal-hal lain yang mengikuti makhluk hidup. Selain mencari nafkah dengan menjadi perawat, ia juga berperang melawan roh-roh jahat yang ia temui di tempatnya bekerja.

***

“School Nurse Ahn Eunyong“ yang ditulis oleh Chun Serang pertama kali diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2020. Dengan jumlah 272 halaman, buku ini menyuguhkan 10 cerita pendek yang saling terkait. Meskipun cerita yang disajikan berbeda-beda, tetapi pokok ruang dan waktu tetap sama. Tokoh utamanya pun adalah Ahn Eunyong dan partner-nya, Hong Inpyo. Buku ini bercerita tentang Ahn Eunyong, seorang perawat sekolah yang mengabdikan dirinya untuk menumpas jelly ero-ero jahat, baik yang menetap di bangunan maupun menempel pada manusia.

ini bener sih, ignore them is the best way

Dalam melakukan aksi-aksi heroiknya, Eunyong dibantu oleh Hong Inpyo yang memiliki energi baik lebih banyak di tubuhnya. Energi baik yang ada dalam tubuh Hong Inpyo berasal dari kasih sayang mendiang kakeknya. Keberadaan Inpyo sangat menguntungkan Eunyong karena ia jadi mendapatkan tambahan amunisi untuk pedang dan pistolnya. Untuk memberantas roh jahat dan jelly ero, Eunyong menggunakan pedang plastik warna-warni dan pistol BB. Pedang plastik warna-warni milik Ahn Eunyong dapat digunakan selama 15 menit dan pistol BB-nya dapat menembak selama 22 kali apabila situasi normal.

pedang Ahn Eunyoung menancap jantung

dibanjiri fakta

Setiap akhir pekan, Eunyoung menyempatkan dirinya untuk mengunjungi tempat wisata atau tempat peribadatan. Ia lalu ‘mencuri’energi untuk senjatanya dengan memanfaatkan doa-doa yang ditinggalkan turis di tempat-tempat wisata tersebut. Namun, setelah pertemuan Eunyoung dengan Inpyo, seorang guru Sastra Klasik yang juga cucu pendiri sekolah, ia jadi memiliki alternatif untuk menambah energinya. Mereka menjadi combo yang bagus untuk menjaga ketentraman dan keamanan sekolah.

***
cover-nya sangattt fresh!

Cerita-cerita yang ditampilkan dalam buku sangat menyenangkan untuk dibaca. Meskipun buku ini diperuntukkan untuk remaja, tetapi rasanya menyegarkan karena petualangan-petualangan sang Perawat Sekolah seperti aksi superhero dalam buku-buku komik anak kecil. Selain itu, cerita yang disajikan juga tidak berat dan rumit. Bahkan ada banyak bagian yang membuat geli dan tertawa karena situasi yang dihadirkan konyol dan tidak masuk akal. Salah satu contohnya adalah kisah “Si Lucky dan Si Kacau” partner in crime yang takdirnya dihubungkan oleh bulu ketiak mereka. Dari sepuluh cerpen yang ada, kisah favoritku adalah “Guru Bebek, Han Areum”. Bab tersebut seperti kejutan karena pembaca cenderung akan berpikir bahwa setiap bab pasti bercerita tentang aksi heroik Eunyoung menumpas kejahatan. Tetapi setelah dibaca sampai selesai, bab tersebut adalah rehat yang betul-betul hanya bercerita tentang bebek.

***

Meskipun berisi sepuluh cerita yang berbeda tetapi tetap terkait, aku pikir pada akhirnya Eunyoung dan Inpyo akan bertarung melawan musuh terbesar mereka. Dalam artian, musuh sebenarnya yang sedari mula menjadi awal tujuan cerita. Tetapi ending yang didapatkan hanyalah penegasan bahwa Eunyong dan Inpyo memang belahan jiwa yang ditakdirkan bersatu. Karena di akhir, keduanya melawan ‘monster’ yang hadir karena tokoh baru pula. Mengesampingkan ekspektasi jalan cerita yang ada di kepalaku, kumpulan cerpen seputar pengalaman unik Perawat Sekolah Ahn Eunyoung ini benar-benar menghiburku. Selain itu, terdapat beberapa kutipan dalam buku yang menyentuh hati. Lewat petualangan Ahn Eunyoung dan pertemuannya dengan beragam manusia dan kasus, terdapat perspektif-perspektif baru dalam kehidupan. Seperti saat Ahn Eunyoung bertarung dan merasa bahwa dirinya tidak berarti dan Hong Inpyo menghibur,

gwencanhaaaaa

“Tidak apa-apa, karena kebaikan hati juga tidak bisa membuat tenang setiap saat”

Hal ini mengingatkan sekeras apapun kita berusaha, kita hanya mampu melakukan apa yang kita bisa, bukan meramalkan hasilnya. Maka cukup dengan tahu bahwa kita melakukan yang terbaik saja sebenarnya sudah cukup. Eunyoung dan Inpyo membuat pertarungan sengit menjadi asyik. Sisi lain yang baru kuketahui setelah selesai membaca buku ini adalah, bahwa pengarang sepertinya benar-benar menulis untuk menghibur. Ketulusan itu tertulis di bagian “Tentang Penulis” yang menyatakan bahwa dirinya melibatkan nama-nama, kejadian, dan orang-orang terdekatnya sebagai inspirasi dari cerita-ceritanya. Berkaca pada hal tersebut, membaca School Nurse Ahn Eunyoung karya Chun Serang membuat hati hangat. Karena ia menulis dari dan untuk orang-orang yang ia sayang.

***

Setelah tiga tahun, akhirnya aku membaca ulang buku ini lagi. Sama seperti Chun Serang yang dapat menulis kisah-kisah seperti ini terus menerus, aku pun merasa dapat membaca kisah-kisah Ahn Eunyoung lebih banyak lagi. Ia tidak hanya menumpas energi buruk jelly ero-ero, tapi juga menghadirkan energi baik di hati pembaca.


Joko Pinurbo membacakan puisinya yang berjudul "Kamus Kecil"
pada Asean Literary Festival 2016 di Jakarta
sumber : youtube.com/jakartanicus


Bahasa tidak hanya mempelajari kata-kata tertulis, bahasa juga mempelajari bunyi. Kalian tentu tahu bahwa pada tahapannya, sebelum anak-anak diajari mengeja dan membaca, mereka akan berbicara terlebih dahulu. Pada sejarah perkembangan sastra, diketahui pula bahwa awalnya sastra klasik diceritakan secara lisan dari mulut ke mulut terlebih dahulu sebelum pada akhirnya tertulis pada manuskrip-manuskrip yang bisa kita lihat saat ini. Kajian yang mempelajari bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat-alat ucap manusia ini disebut dengan Fonologi dan termasuk dalam salah satu cabang Ilmu Linguistik.
Puisi adalah salah satu karya sastra yang keberadaannya dalam sastra lama terikat dengan pakem-pakem tertentu. Sedangkan untuk puisi modern, meskipun lebih bebas, namun tetap memperhatikan hakikat-hakikat puisi yang padat dan bentuk pengekspresian makna yang implisit. Pada Asean Literary Festival 2016 yang diselenggarakan di Jakarta lalu, salah satu penyair tanah air, yaitu Eyang Sapardi mengatakan bahwa, “puisi itu bunyi, bahasa adalah bunyi. Puisi adalah permainan bunyi.” Karena kita ketahui bersama, berbeda dengan cerpen atau pun novel, puisi memang bermain dengan gaya bahasa dan rima yang menjadikan puisi itu menjadi kaya akan estetika dan keunikan.
Potret Eyang Sapardi sedang menjelaskan bahwa "puisi adalah bunyi"
bersama dengan Najwa Shihab sebagai moderator dalam Asean Literary Festival 2016
sumber : youtube.com/jakartanicus

Setelah diketahui bahwa puisi merupakan bunyi, kita bisa menghubungkannya dengan kajian fonologi. Karena fonologi itu sendiri terbagi atas fonetik dan fonemik, maka kali ini pembahasan mengenai puisi akan lebih fokus pada bagian fonemik, yaitu pengkajian bunyi dengan memperhatikan fungsinya sebagai pembeda makna. Sedangkan materi yang akan digunakan untuk mengkaji puisi kali ini adalah mengenai pasangan minimal. Pasangan minimal adalah dua buah kata yang terlihat serupa, namun memiliki satu bunyi yang berbeda. Pencarian pasangan minimal atau minimal pair berguna untuk mengetahui keberadaan suatu fonem (Chaer, 2009).
Pengkajian kali ini akan dilakukan terhadap puisi Joko Pinurbo yang berjudul Kamus Kecil, pada puisinya ini terdapat banyak kata-kata yang merupakan pasangan minimal. Dari pasangan minimal ini akan diketahui apakah suatu bunyi merupakan fonem atau bukan. Sebelum itu, berikut puisi “Kamus Kecil” karya Joko Pinurbo :

Kamus Kecil
Saya dibesarkan oleh bahasa Indonesia
yang pintar dan lucu walau kadang rumit
dan membingungkan. Ia mengajari saya
cara mengarang ilmu sehingga saya tahu
bahwa sumber segala kisah adalah kasih;
bahwa ingin berawal dari angan;
bahwa ibu tak pernah kehilangan iba;
bahwa segala yang baik akan berbiak;
bahwa orang ramah tidak mudah marah;
bahwa seorang bintang harus tahan banting;
bahwa untuk menjadi gagah kau harus gigih;
bahwa terlampau paham bisa berakhibat hampa;
bahwa orang lebih takut kepada hantu
ketimbang kepada tuhan;
bahwa pemurung tidak pernah merasa
gembira, sedangkan pemulung
tidak pelnah melasa gembila;
bahwa lidah memang panda berdalih;
bahwa cinta membuat dera berangsur reda;
bahwa orang putus asa suka memanggil asu;
bahwa amin yang terbuat dari iman
menjadikan kau merasa aman.
Bahasa Indonesiaku yang gundah membawaku
ke sebuah paragraf yang menguarkan
bau tubuhmu. Malam merangkai kita
menjadi kalimat majemuk bertingkat
yang hangat di mana kau induk kalimat dan aku
anak kalimat. Ketika induk kalimat bilang pulang,
anak kalimat baham bahwa pulang adalah masuk
ke dalam palung. Ruang penuh raung.
segala kenang tertidur di dalam kening.
ketika akhirnya matamu mati, kita sudah
menjadi kalimat tunggal yang ingin tetap
tinggal dan berharap tak ada yang bakal tanggal.
(Pinurbo, 2014:3-4)

Puisi di atas termasuk puisi yang memiliki permainan bunyi yang selaras, hal ini tidak lepas dari keberadaan pasangan minimal yang ada di dalamnya. Beberapa pasangan minimal itu terdapat pada kutipan-kutipan berikut :

bahwa ingin berawal dari angan

Kata ingin dan angan merupakan pasangan minimal yang terdiri atas bunyi [i][N][i][n] dan [a][N][a][n]. Kedua kata tersebut dibedakan oleh bunyi pertama sekaligus ketiga yaitu [i] dan [a].

bahwa ibu tak pernah kehilangan iba

Pada kata ibu dan iba yang terdiri atas bunyi [i][b][u] dan [i][b][a], bunyi yang menjadi pembeda makna terdapat pada bunyi ketiga yaitu [u] dan [a].

bahwa untuk menjadi gagah kau harus gigih

sedangkan untuk gagah dan gigih, bunyi [g][a][g][a][h] dan [g][i][g][i][h] memiliki perbedaan pada bunyi [a] dan [i].

bahwa orang putus asa suka memanggil asu

Pada kata asa dan asu yang terdiri atas bunyi [a][s][a] dan [a][s][u] yang menjadi pembeda adalah bunyi [a] dan [u] yang terletak pada bunyi ketiga.

bahwa amin yang terbuat dari iman
                                                menjadikanmu merasa aman.

Larik di atas menunjukkan tiga kata yang kelihatannya hampir sama, namun yang menjadi pasangan minimal adalah kata iman dan aman karena perbedaannya hanya pada satu bunyi, yaitu bunyi [i] dan [a] pada bunyi pertama tiap kata.

segala kenang tertidur di dalam kening.

Kenang dan kening menjadi pasangan minimal pada larik tersebut. Perbedaannya terdapat pada bunyi keempat tiap kata yaitu [a] pada [k][e][n][a][N] dan [i] pada [k][e][n][i][N].

ketika akhirnya matamu mati, kita sudah.
menjadi kalimat tunggal yang ingin tetap
tinggal dan berharap tak ada yang bakal tanggal.

Kutipan tiga baris yang merupakan satu kesatuan di atas memiliki tiga kata yang sama, karena pasangan merupakan dua buah kata, maka penentuannya dapat diantara tunggal dengan tinggal, tinggal dengan tanggal, atau tunggal dengan tanggal. Perbedaan bunyi terdapat pada bunyi kedua yaitu bunyi [u] pada [t][u][N][g][a][l], bunyi [i] pada [t][i][N][g][a][l], dan bunyi [a] pada [t][a][N][g][a][l].
            Setelah dicermati satu persatu, dalam puisi Joko Pinurbo yang berjudul Kamus Kecil terdapat tujuh pasangan minimal. Pasangan minimal ini dicari bukan tanpa arti. Pasangan minimal berguna untuk mengidentifikasikan sebuah fonem sehingga kita mengetahui kontras makna yang dihasilkan dari penggunaannya. Dari pasangan-pasangan minimal di atas dapat diketahui bahwa perbedaan satu bunyi pada pasangan minimal sudah jelas akan menimbulkan makna yang berbeda antar dua kata tersebut. Sehingga, kita harus berhati-hati karena perbedaan satu bunyi bisa menimbulkan makna lain bisa saja dalam suatu kasus, akan menjadi kata yang benar-benar berbeda dan akan menimbulkan salah paham yang fatal. Bunyi yang berbeda dalam pasangan minimal tersebut disebut dengan fonem.

Antologi puisi milik Joko Pinurbo yang memuat puisi "Kamus Kecil".
Kalau tidak kuat beli, bisa pinjam di ipusnas, yang penting jangan baca e-book ilegal yaa.

            Mengambil contoh dari puisi yang telah kita analisis pasangan minimalnya tadi, selain bunyi-bunyi tersebut menimbulkan permainan bunyi yang apik, kita juga jadi paham makna yang ingin disampaikan. Karena puisi adalah permainan bunyi, namun interpretasi tetap bisa beragam dari kalangan pembaca yang membaca puisi tersebut. Tapi kalau mau dijabarkan pemaknaannya dalam konteks puisi tersebut, kira-kira seperti ini :
            Pada baris “bahwa ingin berawal dari angan” menunjukkan bahwa sebelum kita memiliki ingin, yang nama lainnya adalah hasrat dan kehendak untuk melakukan sesuatu, kita sebelumnya memikirkannya terlebih dahulu atau berangan-angan, maka tertulis angan sebelum ingin. Pada “bahwa ibu tak pernah kehilangan iba” sama seperti lirik lagu anak-anak yaitu Kasih Ibu, bahwa kasihnya sepanjang masa dan akan selalu menghiba dan lembut pada anaknya, naluri keibuan akan terus berjalan. Baris selanjutnya, kita menunjukkan untuk menjadi seseorang yang tangguh tidak akan terlepas dari usaha kita yang rajin dan tekun, maka tertulis “untuk menjadi gagah kau harus gigih”.
            Selanjutnya, ada baris yang memasangkan asa dengan asu, kita juga sering melihat bahwa saat seseorang merasa kesal dan lelah, putus asa atau harapan atas segala upayanya, mereka seringkali melampiaskannya dengan menyebut “asu!”, salah satu umpatan yang familiar di telinga kita. Pada baris iman menjadi aman, ingin menunjukkan bahwa memiliki iman dan percaya kepada segala ketetapan Tuhan akan membuat kita merasa lebih aman dan damai. “segala kenang akan tertidur di dalam kening” bahwa ingatan dan memori yang kita simpan seringkali bersarang di kepala kita, untuk lebih mempuitisasi dan mempermainkan bunyi, maka disebutkan kening sebagai persamaan dari kepala dan otak kita. Sampai pada bagian terakhir yaitu, “…ingin tetap tinggal dan berharap tak ada yang bakal tanggal”, kata tanggal di sini bukan merujuk pada angka-angka dan kalender, namun dapat diartikan juga sebagai terlepas. Maka maknanya berarti ingin tetap tinggal bersama, dan tidak ingin berpisah.
            Kajian pada puisi Kamus Kecil karya Joko Pinurbo ini tidak hanya dapat dikaji dengan satu materi ini saja, yaitu pasangan minimal. Pasangan minimal hanya membahas tentang dua buah kata dan menemukan salah satu bunyi yang membedakan maknanya dan disebut dengan fonem. Namun, puisi juga dapat dikaji dengan pendekatan-pendekatan lain termasuk ke dalam sub cabang ilmu linguistik lainnya. Saya pikir akan lebih menarik lagi apabila pembahasan mengenai fonologi dalam puisi ini dilanjutkan ke cabang ilmu linguistik yang lebih sentimental, yaitu pada bagian semantik, yaitu ilmu tentang makna kata dan kalimat.
            Ternyata, puisi tidak sesederhana itu ya? Dengan membaca pembahasan di atas, kita dapat mengetahui lebih dalam mengenai perbedaan dan mengapa pasangan minimal ada. Tentu akan lebih terasa maknanya apabila kita membaca pembahasan di atas. Kapan-kapan, kubahas lagi tentang apa yang kupelajari dan pengaplikasiannya kepada hal-hal yang kusukai. Sampai di sini, sudah cukup tertarik untuk belajar fonologi? Yuk coba cari pasangan minimal dalam puisi-puisi kesukaanmu!

 REFERENSI
__________. (2016, Mei 8). Puisi adalah Bunyi. Jakartanicus. Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=u3W5JYO6-0o pada 29 Mei 2019 pukul 23:19
Chaer, Abdul. (2009). FONOLOGI BAHASA INDONESIA. Jakarta : Rineka Cipta
Pinurbo, Joko. (2016). Buku Latihan Tidur. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

menikmati sunrise
sisi langit sebelah barat,
belum ada gurat matahari

Hari ini, aku terjaga pukul lima sampai enam pagi. Maksudku, pada pukul segitu aku benar-benar terjaga tanpa paksaan; sudah sarapan, sudah mandi, lalu aku pergi ke balkon lantai dua, menikmati udara dan suara-suara yang hanya bisa dinikmati waktu pagi seperti ini.
Sebenarnya aku tidak tahu juga apa yang menggangguku sampai aku tidak bisa tidur. Ceritanya kemarin, sehabis aku makan malam, aku merasa lelah dan sedikit pusing. Jadilah aku tidur selepas adzan isya, pukul sembilan lebih lima belas menit, aku sontak terbangun karena mimpi buruk yang datang kepadaku. Selepas itu, aku tidak merasa mengantuk sampai pagi. Sudah kucoba untuk tidur, sudah pindah kamar, sudah dengan lampu menyala, tetap tidak bisa. Ada yang mengganggu di kepala, tapi aku tidak tahu itu apa.
Pada pukul setengah tujuh pagi, aku memutuskan untuk menulis saja di blog. Meski sebenarnya tidak ada yang benar-benar ingin kutuliskan—atau memang sudah lama entah aku mencoba menulis, tapi kata-kata tidak ada yang keluar.
Semalam aku akhirnya selesai menyalin catatan puisi pada pertemuan-pertemuan yang lalu. Sebenarnya bukan karena aku rajin, tapi lebih kepada karena itu caraku mengalihkan perhatian dari kesibukan yang menekanku, lebih karena itu adalah pelarian dari tugas-tugas dan kerjaan yang sesungguhnya. Kemarin sewaktu semester satu, pelarianku adalah mengerjakan tugas tafsir untuk mata kuliah Agama Islam Kontekstual. Aku selalu mengerjakan tugas itu saat di otakku buntu tidak bisa mengerjakan tugas lainnya, waktu itu, paper. Jadi, ini semacam itu.
Setelah itu yang kulakukan adalah menonton drama korea, tapi tidak akan kuceritakan pada kesempatan ini, karena aku belum selesai menonton, jadi akan aku tuntaskan dulu sampai dramanya habis. Menonton satu episode drama itu membuatku lapar, tapi tidak ada makanan. Saat menonton drama tersebut, pikiran dan energi terkuras, tapi tetap saja, aku tidak bisa tidur, mataku sangat segar, tidak merasa ngantuk sama sekali.
Akhirnya, ada temanku yang terjaga dan ia mengirimkan pesan kepadaku, akhirnya kami mengobrol sedikit, lalu aku pamit tidur, tapi tetap tidak bisa tidur. Katanya, Ia juga terjaga karena kopi, tapi saat kubalas pesannya, nampak Ia sudah berhasil tidur. Jadi aku sendirian.
Ibuku sudah melakukan pekerjaannya tiap pagi, memasak di dapur, aku memutuskan untuk minta sedikit dari makanan yang akan beliau dagangkan itu. Sampai pada pukul setengah lima pagi, aku sarapan dengan nasi hangat dengan lauk terong balado, kesukaanku akhir-akhir ini.
Setelah perutku akhirnya terisi dan energiku terpenuhi, aku membuka laptop dan mengerjakan sebuah pekerjaan, tapi bukan tugas kuliah. Mencari uang, tapi bukan dengan menulis. Aku sudah jarang menulis, jarang sekali, seperti sudah tidak ada nyawa-nyawa dalam tulisanku, seperti sudah tidak bisa kembali aku ke dunia itu. Mungkin memang butuh waktu.
Aku mandi pada pukul lima pagi saat Ibuku pergi keluar untuk membeli ayam mentah. Lalu aku naik setelah Ibu menyuruhku memasukkan cucian ke mesin cuci di lantai dua, yang kulanjutkan dengan duduk-duduk di balkon dan menikmati udara pagi. Di akun tumblr-ku yang lama, aku sudah pernah bilang bahwa langit pada fajar atau sebelum pukul lima pagi adalah yang terbaik, dan aku tidak rela bagi-bagi. Tapi nyatanya, aku juga ingin kalian tahu betapa indahnya langit tersebut.
Saat mandi, rasanya tidak enak sekali. Saat air mengguyur kepalaku, rasanya seperti kembali ke tahun 2006 saat aku menghabiskan hari-hariku di Semarang, kota kelahiran Bapak. Aku ingat ada dua kamar mandi, sore-sore Ibu memandikanku dan airnya dingin. Aku selalu teringat momen itu saat sedang mandi pagi atau mandi di sore hari selepas bangun dari tidur siang. Kalian tahu rasanya tidak nyaman. Seperti kau terbawa ke suatu masa yang berbeda, ada perasaan yang datang dan tidak enak, tapi kau tidak bisa menjelaskan itu apa.
Perasaan itu juga muncul dan mengingatkanku pada pagi hari saat di rumah kakek, aku dan saudara-saudaraku mengantri mandi sebelum pergi ke sholat hari raya. Rasanya juga seperti saat dipaksa mandi pagi karena pada hari tersebut akan melakukan perjalanan jauh, entah berkumpul atau berpisah. Mandi pagi atau sore hari saat airnya terasa dingin dan badan belum banyak bergerak, selalu mengingatkanku pada hal-hal tersebut. Tidak indah, rasanya seperti ada kesedihan yang dipaksakan. Kesedihan dari memori yang tidak ada sedih-sedihnya. Atau ini hanya terjadi padaku saja? Atau aku yang melebih-lebihkan perasaan saat momen mandi ini?
Tapi akhirnya aku berhasil mandi, aku berhasil pakai baju, aku berhasil mengoleskan lotion ke seluruh tubuhku, aku berhasil memakai skincare untuk wajahku, rencananya juga aku ingin pakai parfum, tapi sampai kutuliskan ini, aku belum memakai parfum. Aku gagal menyisir rambutku—meskipun sebenarnya tidak ada rencana untuk menyisir juga.

lalu ada suara burung. ada angin semilir dingin.
mungkin akan bagus kalau rumahku menghadap ke arah sebaliknya,
nanti aku bisa lihat bentangan sawah.

Aku menjadi penanggung jawab kelas untuk salah satu mata kuliah, aku dikirimi pesan oleh beliau pagi-pagi, mungkin itu mengapa aku tidak bisa tertidur juga pagi ini, karena alam dan tubuhku tahu bahwa akan ada yang mencariku pagi-pagi, dan itu harus kuberi respons.
Ohiya, aku juga bermain game saat terjaga semalaman ini. Tapi tumben, aku tidak menonton youtube. Aku tidak bersedih, aku tidak memikirkan apa yang membuatku sedih. Sepertinya tubuh dan kepalaku tahu waktu, mereka tidak mau menyusahkanku saat aku sedang banyak pekerjaan. Tidak ada celah bagi kesedihan untuk masuk ke dalam diriku.
Saat aku sampai di paragraf ini, jam di laptopku menunjukkan pukul 06,55.
Sebenarnya tulisan ini hanya membagikan kegiatanku selama semalaman aku terjaga karena mulanya aku terbangun oleh mimpi buruk dari tidur dua jamku. Tidak ada yang menarik. Tidak ada yang diromantisasi. Tidak ada apa-apa selain aku mencoba untuk bercerita kepada siapa saja, tapi tidak menyajikan keindahan kepada mereka. Mungkin besok, aka nada saatnya aku bisa menulis dengan menyentuh hati kembali. Mungkin besok, saat hatiku sudah sembuh atau menemukan sesuatu yang ia akhirnya memiliki rasa was-was untuk tersakiti lagi. Aku tertawa di bagian ini karena mencoba puitis HAHAH. Tapi aku hanya bercanda. Kata-katanya juga menggelikan.
Selamat pagi. Selamat menikmati hari, ya!

bentuk awannya kayak duri ikan



Berikut adalah foto langit di hari pertama aku berani keluar pagar untuk berjemur :

susah juga cari spot di mana cuma langit bila hidup di perumahan

can you see the sunshine ughhhhhhhh

langit dan palang pintu gang

langit dan pohon nangka tetangga pojok gang

langit dan pohon mangga rumahku

langit dibelah kabel listrik

Berikut adalah foto langit di sekitaran minggu ke dua, sebelum aku sakit seminggu :

sudut sebelah kanan rumah

kayak kura-kura awannya!

kayak ikan pari awannya

awannya kayak tokoh kartun lagi ngobrol 

sudut sebelah kiri rumah

agak kelabu
Berikut adalah foto langit minggu ke-empat, setelah aku sakit seminggu :

awannya sedang social distancing

langitnya kayak ada garis semu spiralnyaaa

itu di sebelah kiri rumah kayak istana

bagus ya pemandangan pohonnya, itu bukit makam

mendung juga tetep cantikkkkk

cantik banget kumulonimbusnyaa

cantikkkkkkkk

Langit bahkan walau agak mendung tetep kelihatan cantik,
aku nggak pernah ngerasa aku cantik waktu aku nangis atau sedang murung. 

Postingan Lama Beranda

ANOTHER HOME

  • SUN & BOOKS
  • SUN BOOKS TRACK
  • SUN & PROSE
  • SUN LONG PROSE

O S U N

A wanderer who read books & take notes
Diberdayakan oleh Blogger.

Author's Fav

JEMBAYA PAGI HARI DAN SECUIL PIKIRANKU

What's on Here?

Quarantine (3) LANGIT (2) LAUT (2) Batja Bokoe (1) SCHOOL (1)

Copyright © Litte Sun. Designed & Developed by OddThemes